August 15, 2009

Tanpa mengurangi rasa hormat pada nenek moyang...

... saya mulai berpikir bahwa apa yang akan hilang, mungkin memang seharusnya hilang.

Seperti penduduk Roma, Italia yang terjebak diantara debat pembangunan infrastruktur lawan pelestarian bekas toiletnya Julius Caesar. Seperti pensiunan yang menyadari bahwa saat ini sudah tidak ada lagi yang bekerja dari jam 9 sampai 5, dan bahwa lembur seringkali sudah tidak disebut lembur lagi (dan lebih penting lagi, secara finansial, tidak gihitung sbagai lembur). Seperti diri saya sendiri yang marah menyadari adiknya tidak perlu keluar rumah untuk mengantar kepergian penghuni rumah lainnya ke kantor, atau hilangnya larangan untuk memegang kepala orang yang lebih tua.

Saya yang secara progresif mempertanyakan nilai-nilai tradisional yang dianut orangtua saya dan berusaha mereformasinya dengan justifikasi "perbaikan kualitas kehidupan" pun mungkin suatu saat harus jatuh dalam perdebatan yang sama dengan anak-cucu. Dan argumentasi mereka akan lebih valid dengan poin yang, ironisnya, sama dengan yang saya ungkapkan sekarang.

Dan saya pun sambil meringis akan mengutuk dan mengakui dengan kebesaran hati yang menyedihkan bahwa saya pun akan tergerus waktu.

Seperti bangunan candi tua yang mau tak mau, suka tak suka, akan lapuk dimakan alam.

No comments: