August 21, 2009

bersyukur

Ini bukan sebuah postingan yg terlalu religius, yg diakhiri dgn ucapan selamat puasa atau semacamnya.

Sering saya bertanya, mengapa dalam usia yg begitu muda saya telah mengalami hal2 yg bagi banyak orang mungkin hanya terjadi di film (orangtuanya saya bercerai di usia 5 tahun. Setahun kemudian ayah saya mulai 'kemasukan setan', mengancam akan membunuh nenek saya, dan mendekam di Salemba pada usia 12. Belum lg kejadian dgn ibu saya baru2 ini).

Dan belakangan ini, mungkin saya telah menemukan jawabannya.

Saya dihajar habis2an oleh nasib pada awal hidup saya sebagai bentuk konsekuensi atas sebuah permintaan yg selalu saya ucapkan dalam tiap doa2 saya, baik sadar maupun tidak. Bahwa impian terliar saya adalah memiliki dunia dgn kecerdasan dan kekuatan diri yg saya miliki, dan tampil ke depan dgn segala yg istimewa dlm diri saya.

Dan pencapaian seperti itu membutuhkan kerja keras. Mental baja. Sama sekali bukan untuk yg klemer2.

Dan Tuhan sepertinya berminat untuk mengabulkan permintaan saya. Oleh karena itu, Ia mempersiapkan saya. Ia menempa saya. Ia melatih saya.

Agar saya cukup kuat dan layak untuk memegang mimpi2 saya sendiri.

Sungguh, saat ini tidak ada rasa sesal pada masa lalu. Hanya ada rasa percaya pada masa depan.

Sebuah pemikiran yg menyenangkan di awal bulan suci.

Mungkin sedikit ucapan selamat akan membantu.

2 comments:

astaridamia said...

Bravo! Kudos. Don't get too caught up in the thorns and forget to smell the roses, though. ;-)

Lady Jasmine said...

Yay! thankies