June 2, 2008

Penat

Belakangan ini banyak hal yang mengganggu pikiran saya, berputar-putar di atas sana, mencuri perhatian, memancing emosi.

Beberapa hanya merupakan sesuatu yang saya lihat di TV. Kaum fundamentalis arogan, mahasiswa sok jago, penyanyi dangdut kurang pendidikan. Tapi yang satu begitu dekat dengan dunia nyata saya, hadir dalam bentuk yang praktikal, dan memaksa saya untuk ikut atau tidak ikut.

Bermula dari keputusan teman-teman saya untuk 'menukar arah' suatu tugas kuliah yang seharusnya merupakan tugas individual menjadi sebuah tugas kelompok tanpa sepengetahuan dosen yang memberi tugas. Alasannya supaya lebih mudah, padahal tanpa begitu pun tugas tersebut sudah begitu mudah. Pertanyaannya mendasar, semua topiknya sudah didiskusikan di kelas, bahkan semua jawaban dapat ditemukan di catatan kuliah dan fotokopian yang sudah diberikan. take home test pula. Kurang mudah apa lagi?

Tapi entah bagaimana teman-teman saya memutuskan akan lebih mudah lagi ('lebih mudah lagi'? Kalau mau cari yang mudah saja, ya balik aja ke TK sana!) jika tugas ini dikerjakan beramai-ramai. Kelompok si A kerjain nomor satu, kelompok si B kerjain nomor tujuh. Terus jawabannya ditukar lewat USB n di-copy ke komputer masing-masing. Dikumpulkan sebagai tugas individu, beres!

Tapi buat saya urusannya tidak semudah itu.

Pertama dari faktor 'kemudahan' itu sendiri, yang sudah saya buktikan dengan berhasil menjawab tiga nomor dalam semalam saja, tanpa harus rame-rame kayak orang nonton bola.

Kedua dari faktor kepercayaan. Mungkin saya terlalu cupu. Tetapi ketika sang dosen telah memberikan kepercayaaan pada mahasiswanya untuk mengerjakan suatu tugas, tapi kemudian kita melakukan violasi terhadap kepercayaan tersebut hanya karena rasa malas susah itu, rasanya besok-besok tidak usah memuji dan mengagungkan dosen favorit kita ini lagi deh. Karena buktinya kita tidak benar-benar menghormati dia. Hanya sekadar menganggap dia
cool karena masih muda. Sekadar reminder, perasaan baru kemarin ya kita kena marah dia?

Terakhir, yang membuat saya gelisah setengah mati dari dulu, seburuk ini ya etos kerja orang Indonesia? tidak berani gerak kalau tidak ada temannya. Tidak berani menjawab kalau belum yakin jawaban temannya juga sama. Semuanya yang penting ngumpul, bahkan untuk sekadar mengerjakan sesuatu yang sangat mudah yang harusnya dikerjakan sendiri. Saya tinggal mikir untuk soal nomor lima, nomor yang lain biar jawabannya dari teman-teman. Lalu tugas dikumpulkan atas nama saya. Pantas ya kita dapat gelas surga pembajak! Karena mahasiswa UI pun mentalnya masih contek-contekan!


Sampai sekarang kepala saya masih penat. Di sisi lain saya yakin akan keputusan saya. Tapi saya pun takut dianggap sok jago, sok idealis, sok pintar. Saya benar-benar bingung. Saya takut kalau saya cerita soal ini ke orang-orang, seperti biasa saya hanya akan mendapat cap sebagai pribadi anti-sosial. Terlepas dari selemah apa pun lingkungan sosial saya itu.

1 comment:

puspa said...

samaaaaaaaaaaaaaaaa...


aku juga ngerasain hal kayak gini, kadang2...

pas ada tugas, sebenernya tu tugas ga sulit2 amat, tapi erannya sekelas tu pada heboooooooooooooohhh pisan.

tapi untungnya temen2ku pada jujur, kok.. mereka paling ngajakin diskusian, trus kerjain sendiri2 deh.

tapi tau gak nur?
aku tu paling takut intellectual property-ku dibajak.
kadang pernah, kan.. kita diskusi trus ide kita malah dipake orang laen..
niatnya bagi2 ilmu, tapi i myself feel violated x~(

huhu T_T
kejamnya dunia kuliahan...